Posted in Coretan, Opini, Renungan

Mulailah dari Apa yang Kita Miliki

Pernah nggak sih, ngerasa hidup kita gini-gini aja? Nggak ada tantangan, nggak berkembang, dan parahnya sampai lahir mindset “udahlah, nasib kita emang gini!”

Setiap kali ketemu orang-orang hebat, sebagian besar mereka mengaku punya motivasi kuat membahagiakan orang tua. Oke. Itu bagi mereka. Sedangkan untuk kita yang boro-boro membahagiakan orang tua, sedari kecil cacian-amarah sering kali kita dengar dari ayah pun ibu. Setiap usaha kita memberikan yang terbaik selalu berujung salah di mata mereka, hingga akhirnya cerai dan nggak meduliin kita. Untuk apa membahagiakan mereka?

Mendengar kisah inspiratif di seminar-seminar juga hampir seluruhnya punya motivasi: lahir dalam kondisi serba kurang dan masa kecil sulit yang akhirnya menggerakkan hati kecil mereka tuk berpendidikan serta berkarya. Lalu kita sekilas mengingat bagaimana dulu kita hidup. Ah, kita tinggal di kota, apa-apa mudah, mau minta apa langsung dikasih dan sebagainya. Ya pantas aja mereka berhasil, kalo kita mah yang dari lahir aman-aman aja susah dapetin motivasinya.

Tanpa kita sadari, semua itu hanyalah alasan buat memaklumi diri yang nggak maju-maju. Ibarat mengeluh kenapa hujan turun ketika kita hendak pergi ke taman. Padahal hujan itu lah yang tanpa perhatian kita telah menumbuhkan bunga-bunga dan merindangkan pepohonan.

Kita tidak pernah dilahirkan sempurna. Dalam maksud lain, setiap manusia tentu punya sisi gelap dan sisi terang. Punya cerita kelam dan cerita bahagia. Pernah mengalami masa-masa sulit dan menghimpit.

Tapi di balik itu Allah tak menciptakan kita tanpa tujuan, Ia menitipkan akal serta hati agar kita mampu berupaya melihat keterbatasan sebagai jalan, cobaan sebagai kekuatan, dan rintangan yang membentang sebagai bukti sampai mana kita meyakini Allah kan memberi pertolongan.

Maka, mari kita bertanya kepada diri masing-masing, kenapa kita nggak mulai saja dengan apa yang kita miliki?

Orang tua kamu bercerai dan melarikan diri, lantas apakah begitu saja kamu menganggap dirimu pantas menjadi nakal dan kurang beradab? Tidak, kamu berhak hidup lebih baik dan membangun keluarga yang harmonis. Kamu memiliki teman-teman yang peduli, kamu memiliki mimpi yang dinanti-nanti oleh orang yang menyayangimu.

Masa kecilmu memang tak seinspiratif anak-anak kecil lain, tak ada suntikan menjadi pribadi hebat dari guru ataupun orang tuamu. Tapi apakah lantas kemudian kamu nggak tergerak ketika menyadari bagaimana pribadi hebat itu? Kamu memiliki hari ini, masa muda yang menuntutmu berkontribusi. Kamu punya potensi yang perlu kamu gali.

Dua peristiwa di atas tak lain hanya sebagian dari kisah yang pernah saya temui. Artinya, masih banyak contoh dan gambaran lain bagaimana kita terlalu bingung dengan kondisi dan merasa kesulitan tuk memulai. Menyalahkan keberadaan kita di suatu keadaan dan enggan bersyukur dengan apa yang sudah diberikan.

Pada akhirnya mari kita awali langkah dari apa yang kita bisa, dari apa yang kita punya. Karena sejatinya Allah tak akan pernah membiarkan kita sia-sia selama kita ingin berupaya.

Selamat memulai! 🙂

Leave a comment